DI suatu malam yang tak terlupa,
Namaku Timoty, suatu malam aku
mengendarai vespa tuaku, kalian tau aku sangat tergila-gila dengan
vespa walaupun saat ini sudah banyak motor baru yang lebih keren. Aku
sadar semua orang akan tertawa melihat vespa bututku tahun 1970-an tapi
ini warisan kakekku, aku bukan tidak ada uang untuk membeli motor baru
tapi sayangnya aku memang mencintai motor vespaku. Bahkan vespaku ini
membawaku dalam sebuah kisah cinta yang tak akan pernah kulupakan,
sebuah kisah cinta yang akan kubawa sampai ujung dunia.
Awalnya
begini, saat aku berjalan ditengah malam hendak pulang. Tiba-tiba hujan
turun dan aku langsung mencari tempat berteduh untuk mencegah mesin
vespaku rusak karena tetasan air hujan. Saat aku berteduh tiba-tiba
seorang gadis muda berlari dan ikut berteduh. Dia melemparkan senyum
padaku,aku pun tersenyum balik. Tiba-tiba ia jatuh tergeletak begitu
saja di depanku, aku panik tapi tidak tau harus berbuat apa. Aku
mendekatinya.
“ Sakit asmaku kambuh..” ujarnya pelan,
“ Obatnya kamu bawa..”
“
habis…” aku menjadi panik sehingga mengatakan padanya untuk bertahan
karena aku bukan dokter, aku akan mencari bantuan tapi bingung kalau
hujan seperti ini tidak akan ada orang yang bisa kumintai tolong.
Karena
keadaanya terus memburuk aku pun terpaksa menggendongnya lalu
menyuruhnya untuk bertahan sebentar duduk di vespaku. Kami pun menembus
badai hujan mencari rumah sakit terdekat, beberapa saat kemudian kami
tiba di rumah sakit, ia langsung mendapatkan pertolongan pertama tapi
sayang saat aku melihat motor vespaku, motorku tidak mendapatkan
pertolongan apapun dan mati begitu saja karena mesinnya kemasukkan air.
Aku langsung meninggalkan gadis yang bahkan aku tidak tau namanya itu
dan harus mendorong motorku hingga beratus –ratus mil hingga tiba di
rumahku.
Mungkin nasibku baik karena Tuhan membalas perbuatanku
pada gadis itu karena tiba-tiba aku mendapatkan perkerjaan sebagai
wartawan seperti pekerjaan idolaku. Perkerjaanku pertamaku menjadi
reporter semua berjalan dengan baik, aku menjalankan tugasku dengan
sempurna. Kemudian aku diangkat menjadi presenter acara TV dimana
tugasku meliput hobby komunitas Vespa yang menjadi salah satu kegiatan
favoriteku. Suatu ketika saat aku berada di studio, seorang rekanku
berkata ada seseorang yang ingin bertemu denganku. Aku pun bertemu
dengannya di ruang lobby, ia menyapaku dengan tersenyum.
“ Siapa ya?”
“ Ia, saya gadis yang kamu tolong waktu itu. Saya senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan kamu”
“ Maksudnya..?” tanyaku bingung
Ia
pun menjelaskan kalau ia gadis yang aku tolong saat malam itu karena
asma, ia melihatku secara tidak sengaja di TV, namanya Angel. Ia datang
untuk mengucapkan terima kasih padaku dan ingin mengundang aku untuk
makan malam bersamanya. Aku tidak dapat menolak permintaannya dan malam
dimana ia mengundangku aku pun datang, kami makan malam bersama di
sebuah tempat yang menarik. Angel adalah gadis muda yang menjadi guru,
malam saat itu aku berjumpa dengannya karena pada saat itu memang sangat
kebetulan karena saat itu ia hendak pulang tapi hujan besar datang
padahal rumahnya tidak jauh darisana.
Sejak pertama melihatnya aku
telah jatuh cinta, kami pun semakin dekat hingga akhirnya kami menjadi
sepasang kekasih. Angel terlahir yatim piatu dan besar di panti asuhan
sehingga hidupnya adalah inspirasi bagiku, hatinya mulia karena ia
bekerja sebagai guru bagi anak-anak yang tidak mampu di sebuah
pinggiran pasar dimana murid-murid itu adalah anak-anak pekerja
serabutan hingga tukang pikul yang untuk makan saja sulit. Tapi hatinya
tergerak untuk mengubah keadaan mereka bercermin dari keadaanya
sewaktu kecil.
Sebuah yayasan sosial memberikan sumbangan kepada
impiannya untuk membuat sekolah gratis. Aku bahkan terkadang ikut
membantunya mengajar murid-muridnya yang berjumlah puluhan orang.Nah
hingga suatu ketika aku mulai berpikir mengajaknya untuk menikah, kami
pun bertunangan. Ia setuju memilihku sebagai pasangan hidup walaupun
pekerjaanku bukanlah pekerjaan yang mampu membuatnya bahagia tapi
baginya materi bukanlah sesuatu yang di dunia yang ia inginkan, cintaku
sudah cukup memberikannya kebahagiaan.
Aku cemas akan penyakit
asmanya yang sudah bersamanya sejak kecil, terkadang aku ingatkan dia
untuk tidak terlalu memaksakan diri. Ia selalu bilang padaku bahwa
penyakitnya bukan sebuah halangan baginya untuk bekerja, karena Tuhan
akan selaku bersertanya. Aku tidak bisa melawan kehendaknya tapi hanya
bisa mengingatkannya untuk selalu membawa alat bantu pernafasan dan
obat-obat sehingga kejadian dimana kami ditakdirkan tidak terulang
lagi. Ia setuju, kalau sudah begitu aku pun dapat bekerja dengan tenang
meliput setiap kegiatanku sebagai wartawan.
Suatu malam kami bersama dan saling berkisah tentang apa yang hendak kami capai di masa depan.
“ Angel, kalau sudah menikah kamu ingin punya anak berapa?”
“ Berapapun yang diberikan Tuhan saya akan menerimanya..”
“ loh kenapa begitu?”
“
Saya sudah memiliki banyak anak-anak di kelas yang saya anggap anak,
mereka adalah cerminan dan harapan saya di masa depan. Memang bukan
anak kandung saya, tapi saya adalah guru sekaligus ibu kedua mereka,
jadi berapapun anak yang hendak diberikan Tuhan, kita patut bersyukur
kan?”
“ Iya sih, kamu begitu mulia mendedikasikan hidup kamu bagi mereka, aku iri sama kamu sayang.”
“
Kamu pun bisa bila mau, aku ini berpenyakit asma. Kalau aku
kenapa-kenapa kamu harus gantikan aku mendidik mereka supaya menjadi
orang berguna ya.”
“ Kok ngomong gitu sih.. Jadi BT- neh,,,”
“
Bercanda kok.. Oh ya , Timo. Besok aku akan melakukan kunjungan antar
sekolah gratis di pulau seribu bersama anak-anak, kamu mau ikut..?”
“ Ya mau sih tapi besok kan aku harus kerja sayang. Ada tugas bawain acara..”
“
Kalau gitu kamu doakan saja deh semoga acara ini berhasil, soalnya
kalau kunjungan antar sekolah gratis ini berhasil diliput media aku
yakin bakal banyak orang-orang tergerak untuk membuat sekolah gratis..”
“ Hehe. Aku pasti dukung kamu, media juga pasti dukung kamu.”
Malam
itu menjadi malam paling indah bagiku untuk mengenal hatinya yang
penuh dengan kemuliaan. Aku tidak sempat mengantarkannya pergi karena
sejak pagi aku harus bekerja. Ia sempat meneleponku dan berkata ia
membawa serta 3 murid yang ia pilih sebagai siswa perwakilan, aku hanya
berkata padanya untuk berhati-hati dan jangan lupa membawa
obatnya.Karena ia akan melintas lautan, aku tidak bisa lagi meneleponnya
karena sinyal akan hilang.
Beberapa jam kemudian mulai tugasku
untuk membawakan berita siang, seorang rekanku mengatakan ada headlines
yang harus aku bawakan. Tentang kecelakaan kapal laut di lautan Jawa,
aku tergeletak dan mulai cemas. Tapi sebagai professional aku harus
membawakan berita itu, aku membacakan berita dimana kapal laut itu
menabrak sebuah kapal barang yang muncul secara tiba-tiba karena kabut
laut yang terlalu membutakan pandangan.
Terdapat sepuluh korban
dalam kecelakaan itu hingga aku tak menyangka aku harus menyebutkan
satu nama yang tak bisa kubayangkan. Angel, aku terdiam sejenak. Semua
kru memandangku dengan bingung, air mataku berjatuhan tapi sekali lagi
aku harus membacakan berita itu.
“ Seorang guru meninggal setelah
menyelamatkan tiga muridnya yang tenggelam saat kecelakaan terjadi,
nyawa guru itu tidak tertolong saat dibawa ke daratan karena mengalami
asma. Nama guru yang bagaikan pahlawan itu adalah Angel. Sekian
headlines hari ini..”
Aku tak lagi mampu berdiri diruangan itu,
aku langsung meminta sahabatku yang tidak pernah mengerti mengapa aku
menangis. aku langsung menuju rumah duka dimana kekasihku ada disana,
hatiku bersedih dan sepanjang perjalanan aku hanya bisa menangis, saat
aku tiba, tubuhku Angel telah membiru dan dingin. Tiga muridnya
memelukku, aku hanya bisa menangis mengenang apa yang pernah terjadi
diantara kami. disaat kematiannya ia masih bisa tersenyum, disaat ia
menyadari hidupnya tak lama lagi ia masih mampu menyelamatkan
murid-muridnya dari maut.
Dia adalah gadis yang tak akan pernah
kulupakan walau cinta kami telah berakhir, selama aku menjalin kasih
dengannya kami tidak pernah mengabadikan kenangan kami, kami memang
bertekad hanya akan membuat album foto yaitu saat pernikahan. Sayangnya
itu tidak terjadi, tapi aku tidak ingin pernah melupakan dia sepanjang
hidupku. Dan biarkanlah apapun yang ada dengannya saat ini membeku
bersama panggilan Tuhan menjadi wajah terakhir yang kusimpan
bersamanya, kalau demikian halnya
Cinta kami tak akan berakhir sampai ke ujung dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar